Jika kepala masuk kedalam pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang di jalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus. Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga dalam keadaan dimana sutura sgaitalis lebih dekat ke promontorium atau ke simfisis maka hal ini disebut asinklitismus.
Penurunan kepala terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya. Bila presentasi belakang kepala dimana bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil memutar ke depan sampai berada di bawah simpisis.
Gerakan ini adalah upaya kepala janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala. Rotasi ini terjadi setelah kepala melewati Hodge III setinggi spina atau setelah didasar panggul.
Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil mengarah ke jam Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion. Bila ubun-ubun kecil pada mulanya disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar kearah kiri, bila pada mulanya ubun-ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan.
Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang dan seluruhnya. Asuhan sayang ibu Ibu bersalin dilarang untuk Ibu bebas melakukan aktifitas makan dan minum bahkan apapun yang mereka sukai untuk mebersihkan dirinya 2. Pengaturan posisi Ibu hanya boleh bersalin Ibu bebas untuk memilih posisi persalinan dengan posisi telentang yang mereka inginkan 3. Menahan nafas saat Ibu harus menahan nafas pada Ibu boleh bernafas seperti biasa mengeran saat mengeran pada saat mengeran 4.
Tindakan epsiotomi Bidan rutin melakukan Hanya dilakukan pada saat episiotomy pada persalinan tertentu saja Semua tindakan tersebut diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat di kategorikan aman jika dilakukan pada saat ibu bersalin. Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada: a Asuhan sayang ibu pada persalinan setiap kala Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Sehingga saat penting sekali diperhatikan pada saat seorang ibuakan bersalin. Adapun asuhan sayang ibu berdasarkan EBM yang dapat meningkatkan tingkat kenyamanan seorang ibu bersalin antara lain: 1 Ibu tetap di perbolehkan makan dan minum karenan berdasarkan EBM diperleh kesimpulan bahwa: Bab 1—Konsep Dasar Persalinan Normal 11 Asuhan Kebidanan pada Persalinan.
Ha ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larence , Tamow-mordi Starw dkk , Ruter Spence dkk , Lucas Dimana dengan asuhan sayang ibu ini kita dapat membantu ibu merasakan kenyamanan dan keamanan dalam menghadapi proses persalinan. Salah satu hal yang dapat membantu proses kelancaran persalinan adalah hadirnya seorang pendamping saat proses persalinan ini berlangsung. Hipotensi ini bisa menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin.
Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain posisi setengah duduk, berbaring miring, berlutut dan merangkak.
Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bhardwaj, Kakade alai , Nikodeinn , dan Gardosi Karena kandung kemih yang penuh akan memperlambat proses penurunan bagian bawah janin. Karena luka episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi dan kesehatan ibu kurang baik. Karena hal — hal di atas maka tindakan episiotomy tidak diperbolehkan lagi. Tapi ada juga indikasi yang memperbolehkan tindakan epsiotomi pada saat persalinan.
Tapi asalkan pinggul ibu luas karena jika tidak maka sebaiknya ibu dianjurkan untuk melakukan SC saja untuk enghindari factor resiko yang lainnya. Tetapi bila perineum sangat kaku dan proses persalinan berlangsung lama dan sulit maka perlu dilakukan episiotomi.
Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera pada anus akibat robekan yang melebar ke bawah. Hal ini bertujuan untuk membantu mempermudah melakukan tindakan. Jalan lahir semakin lebar sehingga memperkecil resiko terjadinya cidera akibat penggunaan alat bantu tersebut. Begitu pula pada persalinan sungsang. Medio lateral Lateralis Medialis Gambar 1.
Kala I Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah: a. Memberikan dukungan emosional. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.
Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara: a Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu. Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi — memberikan kecukupan energi dan mencegah dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan — Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambat turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
Pencegahan infeksi — Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain: a Membantu ibu untuk berganti posisi. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan — dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.
Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran — dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II. Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara: a Mengurangi perasaan tegang.
Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan. Gambar 1. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera. Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
Pencegahan infeksi pada kala III. Memantau keadaan ibu tanda vital, kontraksi, perdarahan. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi. Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III. Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.
Membantu ibu untuk berkemih. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan massase uterus. Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir. Mengajarkan ibu dan keluarganya ttg tanda-tanda bahaya post partum seperti perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusuibayinya dan terjadi kontraksi hebat.
Pendampingan pada ibu selama kala IV. Nutrisi dan dukungan emosional. Latihan Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada Bab I secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap Bab tentang konsep dasar persalinan normal ini. Adapun soal yang digunakan untuk latihan adalah sebagai berikut: 1. Jelaskan yang dimaksud dengan persalinan normal 2.
Jelaskan tentang tanda dan gejala persalinan normal 3. Jelaskan tahapan persalinan normal dan mekanisme persalinan normal 4. Jelaskan tentang faktor yang mempegaruhi persalinan normal 5. Sebutkan evidence based midwifery dalam persalinan normal 6. Apabila tidak lulus dalam ujian tulis, mahasiswa mendapat kesempatan untuk ujian remedial satu kali pada akhir tahun akademik yang bersangkutan.
Jika masih gagal, mahasiswa yang bersangkutan harus mengulang Blok. Ketentuan penilaian berdasarkan peraturan akademik program sarjana Universitas Andalas tahun Masing-masing kelompok memiliki 1 tema yang terdapat dalam bab ini.
Setiap kelompok membuat pembahasan terhadap topik yang telah dipilih. Mahasiswa menyerahkan hasil diskusi yang telah dibuat kepada dosen penanggung jawab masing-masing.
Soal Latihan Soal Nomor Seorang pasien datang ke rumah sakit karena ingin melahirkan dari kehamilan pertama yang cukup bulan. Pembukaan 4 cm, teraba kepala u2k depan setinggi spina ischiadika. Pada saat masuk, pasien adalah seorang: a. Primipara, gravid preterm b. Primigravida, partutient aterm kala I fase laten c.
Primigravida, partutient aterm kala I fase aktif e. Primipara, parturient aterm kala I fase aktif 2. Pada kasus tersebut: a. Anak letak memanjang dengan presentasi belakang kepala b.
Anak letak memanjang dengan presentasi puncak c. Anak letak memanjang dengan presentasi dahi d. Anak letak menyerong dengan presentasi belakang kepala e. Anak letak menyerong dengan presentasi puncak 3.
Sampai saat masuk rumah sakit, kepala anak telah mengalami: a. Engagement, flexion, descent, dan internal rotation b. Flexion, descent, internal rotation, dan ektention c. Descent, internal rotation, extention, dan external rotation d. Internal rotation, extention, external rotation, dan expultion e. Descent, external rotation, expultion, dan flexion. Untuk selanjutnya persalinan akan memasuki: a.
Kala I fase laten b. Fase akselerasi kala I fase aktif c. Fase maximal slope kala I fase aktif d. Fase deselerasi kala I fase aktif e.
Bertambahnya pembukaan dari 4 cm menjadi 6 cm menunjukkan bahwa: a. Tidak terdapat CPD b. Tidak terdapat kelainan letak c. His masih adekuat d. Tenaga mengedan masih kuat e. Ditinjau dari cardinal movement, pada pasien ini terjadi: a. Prolonged laten phase b. Protracted of acive dilatation phase.
Arrest of dilation d. Failure of dilatation e. Semua salah. Kondisi terakhir pasien ada hubungannya dengan: a. His yang terlalu kuat b. Malpresentasi c. Normal labor d. Inersia uteri e.
Kesempitan pintu atas panggul Soal nomor Seorang pasien datang ke rumah sakit jam Diketahui kehamilan telah 39 minggu. Pembukaan 2 cm, teraba kepala dengan sutura sagittalis melintang setinggi Hodge 2. Teori yang tidak ada hubungannya dengan keluhan utama pasien ini adalah: a. Semakin matangnya fungsi plasenta b. Kadar estrogen dan progesteron menurun mendadak c. Tekanan pada ganglion Frankenhauser d.
Iskemia otot-otot uterus e. Stres maternal maupun fetal 9. Dari segi his, kemajuan persalinan ini akan berlangsung baik kalau: a. Kontraksi berjalan simultan dengan kekuatan yang merata di seluruh uterus b. Dominasi kontraksi di daerah korpus c. Terjadi retraksi miometrium di daerah korpussetiap sesudah kontraksi d. Terjadi relaksasi yang sempurna di antara dua kontraksi e. Ostium uteri terbuka secara aktif Adanya keluhan pasien yang menyatakan bahwa sakit pinggang semakin lama makin sering dan makin sakit menunjukkan bahwa: a.
Amplitudo semakin tinggi b. Intensitas semakin kurang c. Frekuensi semakin jarang d. Periode retraksi semakin lama e. Durasi kontraksi makin pendek Kemajuan persalinan pada fase ini dipantau dari: a. Konsistensi portio semakin lunak b. Servik makin menipis c. Serviks semakin terbuka d. Evaluasi proses persalinan selama 4 jam menunjukkan adanya: a. Failure of descent b. Fase laten dan fase akselerasi berjalan lancar c. Kemacetan pada fase maksimal slope d.
Arest of descent. Kegagalan putaran paksi Dari segi power, terlihat bahwa: a. Dalam batas normal b. Terjadi hypotonic uterine dysfunction c. Terjadi hypertonic uterine dysfunction d. Terjadi incoordinate uterine dysfunction e. Terjadi inersia uteri primer Dari segi passenger, dapat disimpilkan bahwa: a. Janin letak kepala dengan presentrasi belakang kepala b. Janin letak sungsang dengan presentasi bokong c.
Janin letak kepala dengan presentasi dahi d. Janin letak kepala dengan presentasi muka e. Janin letak kepala dengan posisio oksipitalis posterior persistens Terhadup pasien ini seharusnya dilakukan: a. Versi ekstraksi b. Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau persepuluh menit.
Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan — jalan sewaktu persalinan masih dini. Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, misalnya selama 40 detik. Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2 sampe 3 menit f. Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo. His Palsu His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung kencing dan otot- otot dinding perut yang terasa nyeri.
His palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.
Kelainan kontraksi otot rahim a. Inertia Uteri 1 His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang terbagi menjadi : Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah 2 Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah.
His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis. Tetania uteri His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot rahim.
Akibat dari tetania uteri dapat terjadi : 1 Persalinan Presipitatus 2 Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Inkoordinasi otot rahim Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah : a.
Faktor usia penderita elative tua b. Pimpinan persalinan c. Karena induksi persalinan dengan oksitosin d. Rasa takut dan cemas 3. Janin merupakan passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin.
Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kelainan — kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan. Kala I kala pembukaan In partu partu mulai ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase : a. Fase laten Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm. Fase aktik Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase : 1 periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap menit selama detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.
Kala II pengeluaran janin His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira menit sekali, kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka.
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1. Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina toucher.
Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior. Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul.
Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior. Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah : a. Penurunan kepala. Rotasi dalam putaran paksi dalam d. Rotasi luar putaran paksi luar Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan, akan tetapi untuk lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.
Penurunan Kepala. Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul PAP , dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal sekalipun. Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin.
Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak.
Fleksi Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis.
Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika 9,5 cm menggantikan diameter suboccipito frontalis 11 cm. Rotasi Dalam Putaran Paksi Dalam Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah simpisis.
Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul. Ekstensi Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya.
Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya. Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran hypomochlion , maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi. Rotasi Luar Putaran Paksi Luar Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu diameter bisa kromial menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.
Ekspulsi Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir , selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir. Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang.
Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar. Kala III pengeluaran plasenta Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira cc. Kala IV Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin. Kaji kondisi fisik klien 2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus 3.
Menganjurkan klien istirahat 4. Mengobservasi perdarahan 5. Memeriksa tanda vital 6. Memeriksa kadar Hb 7. Berikan cairan pengganti intravena RL 8. Ibu : a. Gurita, 3 buah b. Baju tidur, 3 buah c. Underware secukupnya d. Handuk, sabun, shampoo, sikat gigi dan pasta gigi e. Pembalut khusus, 1 bungkus f. Under pad dapat dibeli di apotik , 3 lembar 2. Bayi : a. Popok dan gurita bayi, buah b.
Baju bayi, buah c.
0コメント